03/08/13

[BOOK REVIEW] AMARAH : Kumpulan Cerpen & Puisi Part 1


AMARAH : Kumpulan Cerpen & Puisi
Penulis Lembaga Bhinneka
Glitzy Book Publishing
182 halaman.

Buku ini berisi 12 cerpen dari 12 orang cerpenis dan 39 puisi dari 31 orang penyair. Karya-karya yang ditulis disini bertemakan tentang isu-isu SARA yang dipolitisasi, sistem yang mengesampingkan manusia sebagai makhluk yang humanis dan malah merubahnya menjadi robot yang patuh dan kaku pada norma-norma yang juga masih mempertanyakan keberadaan Tuhan.

Rating yang gue kasih disini sangat jelas merupakan subjektifitas gue sendiri. Jadi, kalian bebas kalau tidak sependapat dengan gue, karena ini toh hanya penilaian gue saja :)


Cerpen

Iblis karya Ardy Kresna Crenata

Ceritanya berpusat pada Iblis yang berhasil mengadu domba manusia dengan menganggap ajaran agama lain  itu salah dengan menolak dibangunnya sebuah gereja. 

Rate 7/10

Perjamuan Terindah Sepanjang Masa karya Haz Algebra

Tuhan disini diibaratkan sebagai 'makhluk' yang hidup yang bisa melakukan apa saja bak "Sang Perfeksionis" tetapi tanpa mengesampingkan hakikat 'ke-Tuhanan-Nya'. Maha bagi segala makhluk ciptaan-Nya.

Rate : 7/10.

Benalu karya Sandza
"Siapa Penciptamu?" 
"Penciptaku sama dengan yang menciptakanmu."
"...Jangan mengaku mempunyai pencipta yang sama. Buktinya mana kalau penciptaku & penciptamu sama? Jelas-jelas kamu memilih jadi benalu daripada pohon..."
Apa yang ada dipikiran anda tentang 'Benalu' ? Peganggu,mungkin. Disini  benalu dianggap sebagaimana ia 'sang pengganggu yang cacat' oleh mereka, para 'pepohonan' yang menganggap dirinya sempurna. Sementara 'sang pemilik kebun' yang ditumbuhi oleh 'benalu' dan 'pohon' membisu seribu bahasa ketika 'benalu dan keluarganya' diusir dari tanah kelahirannya oleh 'pepohonan'. Akhirnya, ia terpaksa pergi terusir dari kebun ke kebun yang lain. Ia tak bisa berbuat apa-apa,toh tak akan didengar karena ia hanyalah 'benalu' yang masih kecil pula.

....pemilik kebun hanya diam terpaku melihat pertumpahan darah di kebun miliknya sendiri. Ingin rasanya aku marah berteriak. Namun,aku tidak memiliki daya. Aku masih terlalu kecil untuk memahami semua ini...
 ...Ibu menyuruhku untuk pergi merantau ke kebun seberang dengan harapan agar aku bisa hidup tenang dan berkembang secara wajar. Walau Ibu menyimpan sedikit cemas,cemas kalau aku tidak bisa menjadi sepertinya, cemas jika di kebun tetangga aku akan hidup tidak seperti Ibu, Ayah, Bibi, Paman dan tetangga yang sering kali masih disebut benalu oleh kelompok-kelompok yang menamakan dirinya pohon...
"...di kebun tempat tinggalku, pohon yang mengaku dirinya pohon mangga tidak pernah berbunga, apalagi berbuah. Yang ada hanyalah ranting-ranting kering dengan urat-urat panjang siap mencambuk siapa saja yang ada di dekatnya."
"...Di kebun tempat tinggalku, pohon yang mengaku bunga mawar tidak ada indahnya, kelopaknya berwarna hitam pekat, berbau tidak sedap, dan selalu memuntahkan benang sari beracun."
...Ternyata, mereka lebih benalu daripada ibu, ayah, paman, dan bibiku!
Rate : 9/10

Pelangi Biru Untuk Mona karya Varetha Lisarani

Fokus dalam cerita ini ada pada kekerasan yang mengatasnamakan agama. Juga, bagaimana kekerasan tersebut terjadi.

"Tuhan itu satu; Tuhan yang menciptakan Bumi dan segala isinya!"
"Iblis Berjubah Putih,Bang! Iblis Berjubah Putih!"
"Demokrasi? Ah, demokrasi! Demokrasi hanya menciptakan tangan-tangan kasatmata yang dengan jeli memahat sebuah patung batu, membentuk detail wajahnya, jemarinya, kemudian mengenakan padanya jubah kebesaran dan mendudukkannya pada sebuah kursi kehormatan."
Rate : 8/10

Sebelas Indra Rahasia karya Sulfiza Ariska

Berkisah tentang genosida-yang-sebenarnya-lumayan-cukup-besar-untuk-diakui pada etnis Tionghoa tahun 1998.
Manusia ini tak punya akar
Dia terbang ke mana-mana
serupa debu yang berhamburan di jalanan
Ke segala arah, bertumbukan dengan angin 
ia jatuh terguling-guling
Memang hidup kita sangat singkat.
Kita datang ke dunia sebagai saudara;
tapi mengapa kita mesti diikat pada daging dan darah? -- T'ao Ch'ien
Rate : 7,5/10

Padang Gersang karya Fathul Qorib

Kisah tentang buruh kasar yang hidupnya diatur oleh cukang yang tidak tahu malu dan menganggap dirinya Tuhan. Pada akhirnya hukum hanyalah sebuah alat bukan penuntut keadilan bagi si buruh. Ia terpaksa menggunakan hukum rimbanya sendiri.

Rate : 7/10

Garuda Bisu Itu Menangis karya Angga Fauzan

Cerita ini dilatarbelakangi oleh tiga tempat kejadian yang saling menghubungkan ketiganya. Menurut gue, dengan 'mempetak-petakkan' tempat kejadian cerita justru membuat cerita tersebut terasa lebih fresh :)
Petak Bumi #1
'Majukan Bumi Pertiwi dengan Iptek dan Imtaq'
...ada tempat sampah yang memanas. Satu-dua plastik melepuh. Begitu pula bungkus hitam itu. Di dalamnya kotak besi penuh kabel terus berdenging.
Tik! Tik! Tik!
Petak Bumi #2
"Nanti minta Kak Lydia buat ngajalrin kita buat kincilr yang besaaalr kayak helikoptelr benelran!"
"Aku mau yang berbentuk salib!"
Tik! Tik! Tik!
DHUAAAR!!!
Petak Bumi #3
"Jadi, saudara sekalian, demi kenyamanan kerja akan disediakan sejumlah unit mobil, sekian motor, dan perbaikan fasilitas gedung pemerintahan lainnya,"
Petak Bumi #1
Tahu begini, tadi aku berdoa minta keselamatan semuanya saja. Bodoh! Bodoh!
Petak Bumi #2
"Teroris dari kalangan mereka lagi! Ahmadiyah atau NII, pokoknya mereka!"
Petak Bumi #3
"Rapat saya tutup. Sekian dan terima kasih." 
Rate : 8/10

Laksana Pelangi karya Lia Amalia

Dilatarbelakangi oleh pendapat tentang perbedaan agama oleh dua orang sahabat karib yang berujung pada pengorbanan pada keadilan yang telah mati.
Tuhan saja tidak ambil pusing apa agama manusia, mengapa sesama manusia harus berdebat dalam masalah ini?
Intinya hanya pemujaan pada Tuhan. Agama apa pun juga mengajarkan demikian. Jadi, bagian mana yang salah?
"Penyimpangan!"
"Beragam agama di Indonesia itu laksana pelangi. Lihatlah warna-warni indah pada ciptaan-Nya tersebut. Membuat mata tak jemu melihatnya. Tahukah kau asal sumber warnanya? Putih.
Putih itu simbol Tuhan. Ia dasar dari segala peraturan. Karena pengaruh bias matahari, dalam hal ini perguliran waktu, putih berubah menjadi aneka warna. Itulah berjuta aliran agama di negara kita, bahkan juga ada di negara lain. Jadi, tentunya hal itu sudah menjadi takdir-Nya....Hargailah, karena kerukunan tercipta dengan adanya sikap saling menghargai."
Rate : 8,5/10

Aku dan Bara karya Gyan Pramesty

Bercerita tentang pembakaran terhadap 'kaum sesat' yang dilakukan oleh orang-orang yang merasa dirinya dan tindakan yang dilakukannya paling benar.
Serdadu-serdadu bersorban putih menggempur dan memorak-porandakan gubuk kecil tempat anak, menantu dan kedua cucu-cucunya bernaung. Bermandikan kalimat takbir, mereka renggut jiwa-jiwa suci yang sedang dalam penyembahan. Percikan api dari obor-obor yang mereka genggam menjilat seluruh penghijab yang terbuat dari kayu, si jago merah mengamuk.
Rate : 7,5/10

Tawaba karya Amar Ar-Risalah

Cerita tentang sebuah kota yang damai tanpa adanya pertentangan agama mana yang paling benar. Rukun, aman, tentram, pokoknya typical 'kota idaman' yang ada di pikiran semua orang. Dan yang paling penting tidak boleh ada agama yang 'paling agung' diantara agama yang lainnya.
"Bahwa kebebasan mutlak diciptakan Tuhan Yang Satu untuk beragama, dan bahwa Tuhan Yang Satu tidak mutlak menjadi milik semua agama. Kerinduan pada Tuhan, seperti kerinduan yang sama pada anasir-anasir kebenaran hakiki, adalah sama pada setiap manusia. Kebenaran menjadi dambaan karena perkembangan kehidupan menghasilkan kesalahan-kesalahan baru, setelah timbul kebenaran-kebenaran tinggi. Dunia cepat berubah, begitu pula nilai-nilai kebenaran di dalamnnya.
Jalannya pemerintahan adalah berasas kebenaran tinggi, bukan tertinggi, karena kebenaran itu sendiri selalu dipertinggi oleh pencapaian-pencapaian manusia.
Dan Tuhan memerintahkan murid-muridnya di Bumi untuk menaati pemimpin yang juga murid Tuhan."
"Angkatan bersenjata adalah alat di antara banyak alat kebenaran menemukan kebenarannya. Hukum adalah benar. Yang salah adalah menyalahi hukum dengan tidak menaatinya... Angkatan bersenjata mendapatkan tempat sebagai penegak kebenaran-kebenaran yang sedang diyakini sebagai kebenaran relatif"
Hingga beberapa orang di kota tersebut sampai kepada sebuah pemikiran bahwa agama manakah sesungguhnya yang paling benar?
 "Agama yang benar adalah agama yang bergerak dalam batas-batas kenyataan, sumber segala kenyataan. Agama adalah di alam kenyataan dan mesti dinyatakan dalam kenyataan pula, bukan dalam hati, sebagaimana kenyataan Tuhan. Karena Tuhan menciptakan kita di alam kenyataan"
"Tuhan menciptakan kita sambung menyambung, Hawa bagi Adam, karena Tuhan tidak menciptakan Adam demikian bodoh. Ia hendak memahamkan Adam, bagaimana rasa kesendirian, agar kelak tak menjadikan kesendirian itu sebagai tradisi. Sistem Adam & Hawa merupakan keterikatan antarmanusia. Antarmasyarakat ada kewajiban saling mengikat. Dengan Tali Tuhan : Kebenaran."
Beberapa orang tersebut mulai membentuk kelompok yang berisikan orang-orang yang menuntut perubahan akan sistem tata negara tentang agama & Tuhan, yang diberi nama Tawaba. Pemerintah merasa terusik dengan kehadiran kelompok ini. Mereka mulai menyebarkan isu-isu yang provokatif mengenai Tawaba.
Di kota itu, pelanggaran tertinggi adalah menggugat undang-undang dan Pemerintah.
Bila semua agama sama, kenapa lantas masing-masing mengklaim bahwa surga dan neraka milik mereka sendiri. Bukannya surga dan neraka yang ditempati secara bersama-sama? Dan,
"Atas nama kebenaran, dor...!"
Rate 8/10

Panggil Aku Pram karya Antok Serean

Bercerita tentang gay dan agama. Dimana Pram yang biasanya dipanggil Pi'i oleh "pasangannya" ini merupakan sosok yang agamis serta sangat tergila-gila dengan Pramoedya Ananta Toer, karena itulah ia ingin dirinya dipanggil Pram.

Agak sedikit out of topic tapi, entah kenapa kalau baca cerita gay dimana si tokohnya digambarkan sebagai "caucasian gay" gue justru ga begitu suka tapi giliran baca fanfic yaoi gue masih bisa memaklumi lah ya wkwk
and don't even ask me why. it's just......like things that 'interest' you :p

Rate 7/10

Hans karya Dianna Firefly

Hans ini tipikal mahasiswa demonstran yang berpegang teguh pada realitas. Dia berorasi menuntut keadilan bergama mengesampingkan kehidupan cintanya yang akhirnya hanya dibalas oleh selongsong proyektil yang menancap di dadanya.
"Cinta memang menguatkan tapi cinta itu harus realistis. Apa bisa kita hidup penuh cinta kalau negara tempat kita bernaung masih carut-marut seperti sekarang ini? Korupsi merajalela dan yang lebih parah lagi pelanggaran hak asasi manusia untuk beragama."
"Kenyataannya, banyak generasi muda bungkam di mana yang disebut era Pasca-Kemerdekaan. Generasi muda yang tunduk pada aturan-aturan tanpa menyelidiki terlebih dahulu bagaimana aturan-aturan dibentuk, dilaksanakan, dan bertahan. Generasi muda yang bungkam karena kebodohan. Bungkam karena takut. Takut dianggap liar. Takut dianggap tidak religius. Takut ditangkap aparat atau ormas. Takut menjadi korban rezim-rezim."
Rate 8/10

Sekali lagi, gue tegaskan kalau rating yang gue berikan merupakan subjektif dari gue sendiri. Jadi, kalau ada yang kurang setuju dengan rating tersebut kalian berhak untuk merating cerita tersebut menurut kalian sendiri :)
Dan juga harap dimaklumi gue memang bukan seorang sastrawan yang berhak menilai suatu karya sastra dengan merating seperti ini, gue hanyalah seorang amatir. Tapi, ya ini hanyalah penilaian gue terhadap buku ini berserta cerpen dan puisinya.

Overall rating bukunya nanti bakalan gue tulis di part 2 sekalian review beberapa puisi yang ada di buku ini juga. Tapi, kapan gue posting part 2 nya masih misteri antara kualitas mood dan waktu gue sendiri :p

---
Part 2 ;]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar