09/08/13

[BOOK REVIEW] AMARAH : Kumpulan Cerpen & Puisi Part 2

AMARAH : Kumpulan Cerpen & Puisi
Penulis Lembaga Bhinneka
Glitzy Book Publishing
182 halaman.


Ternyata mood gue sedang bagus sehingga gue lumayan rajin untuk mengupdate review dari kumpulan cerpen & puisi part 2 ini._.
Okay, kalau di part sebelumnya gue sudah mereview cerpen-cerpennya, kali ini gue akan sedikit membahas beberapa puisi yang gue suka dari buku ini. Sebelumnya, gue tekankan sekali lagi kalau review dan rating yang gue berikan pada bagian pembahasan cerpen, sepenuhnya merupakan subjektifitas gue sendiri, dan mohon maaf apabila para pembaca sekalian kurang berkenan dengan apa yang gue review. Untuk review kali ini gue meniadakan rating karena poems/poetry depends on your perspective, how you see story/something/philosophy by your perspective.


Puisi

Abad Penuh Laknat karya Joshua Igho

abad penuh laknat
di sudut-sudut kota terpasang
gambar tuhan serupa hantu


wajah-wajah kusam menghuni kota sunyi
cahaya tak pernah datang
hanya seberkas sinar
yang membias dari bulan beku


 orang-orang berkerumun di sudut kota
memunguti setiap kalimat para ahli kitab
yang terserak di trotoar jalan
orang-orang semakin berduyun
berebut kalimat para ahli kitab
hanya seorang anak kecil yang menemukan 
kata "surga"

Parodi Merah Putih karya A.D. Rusmianto

ketika kotamu menjadi rusuh
orang cepat-cepat bicara bijak
dengan melupakan bajak
dan kain merah putih yang lusuh


ketika tanahmu menjadi darah
orang cepat-cepat cari aman
dengan mengatasnamakan tuhan
kemudian sembunyi di balik gelisah


ketika bangsaku menjadi risi
orang cepat-cepat cuci tangan
dengan membuang muka dari persoalan
kemudian pura-pura ikut sidang
yang dianggap tempat hidangan makan


lalu di mana ketika orang berteriak merdeka?

Dua Wajah karya Ilham Jatioko
Aku tak bisa menggunjing dusta lautan
Bahkan seandainya angin selingkuh
Air yang asin akan tetap asin


Sebab hujan masih saja turun
Pada hamparan luka di jiwa

Tuan Bukan Tuhan karya Dwi Pratiwi
Tuan, lihatlah itu
Mereka berseteru
Atas nama agama yang tak padu
Dan dengan nama besarmu
Pada kaummu kau menyeru
Hukum kaum sesat itu!
Hukum kaum berdosa itu!


Tuan, sekarang aku mau bertanya
Bukankah Tuhan yang berhak menghukum?
Tapi, kau rangkai hukum sendiri bagi mereka yang salah
Bukankah Tuhan yang menentukan pahala dan dosa?
Tapi, kau suguhkan dosa bagi mereka yang tak sepaham
Mengapa kau ambil tugas Tuhan?
Apa kau merasa lebih berkuasa dari-Nya?
Mengapa tak sekalian kau ciptakan surga untukmu sendiri
Dan kau anugerahkan neraka bagi yang kau anggap berdosa.


Tuan, tahukah Tuan?
Tak selamanya
kita berpegang pada satu tali yang sama
Tak sepantasnya
kau mengolok-olok keyakinan
yang berlainan dengan akidahmu
Sadarkah Tuan
Kau bukan Tuhan

Yang Merias Wajah di Kota Kami karya Fina Lanahdiana
/i/
kau selalu mengenakan berbagai macam sepatu yang barangkali terkutuk
menjadi batu--serupa malin yang lupa pulang ke pangkuan ibu berjajar-jajar, berjalan melenggang--berlalu-lalang
melewati riuh yang tak kunjung menjadi kenang serupa kunang-kunang
tentang buku-buku tebal yang bebal--rata di dasar aspal
tentang dasi-dasi yang gemar menarik lehernya sendiri
"ini reformasi"
lalu satu per satu pasal menjadi muasal yang kekal
barangkali hak asasi menjadi perbincangan paling sunyi
sebab lampu-lampu jalan tak lagi kenal cahaya sendiri
/ii/
wajahmu, yang senantiasa kau peram dengan bedak paling pualam
dengan sepasang kacamata yang tak lebih sebagai penguat rasa asam
hingga tak perlu lagi kau tambahkan butiran garam
ini bahkan tak lebih dari sekadar belajar membaca kaca jendela
sebab ada yang senantiasa mengaburkan sukarela
/iii/
ada yang tiba-tiba mengukur jarak pada telinga
bahwasanya baiknya kulipat kalimat-kalimat dalam surat tanpa syarat
yang kemudian kulepaskan pada lengan tanganmu yang pelepah pisang
serupa busur yang melesat sedemikian pasang

Sekelumit Debat; Saya dan Negara karya Arman Rozika
saya bilang agama itu segi empat
dia bilang agama itu segitiga
saya bilang agama itu cokelat
dia bilang agama itu jingga
saya bilang agama itu barat
dia bilang agama itu tenggara
saya ucapkan keparat
besoknya saya dipenjara

Binar Nista karya Ila Rizky Nidiana
Pada mulanya adalah amarah
lalu merah merekah darah
bersimbah luka
merapal kalah di ujung jalan


Pulanglah!
Pada Tuhan-mu
karena agamamu
bukanlah agamaku


Cukup!
Abaikan kelakar dustamu
Jangan nistakan agamaku!
Hanya demi secercah fana dunia

Masih terdapat 32 puisi lainnya yang tak kalah menarik dari 7 puisi yang gue tulis diatas. Jadi, menurut gue buku ini sangat worthed buat dibaca terutama bagi kalian yang suka dengan sastra atau ingin 'membuka' pikiran dengan membaca buku ini. Karena, isinya pas, tidak terlalu berat tapi gak ece-ece juga ._.

Overall rating untuk buku ini keseluruhan menurut gue 8,5/10
Karena memang ada beberapa cerpen atau puisi yang gue anggap itu bukan mengatasnamakan 'protes' terhadap SARA yang sering kali dipolitisasi tapi malah menjadi boomerang tersendiri bagi beberapa orang yang mungkin kurang bisa menerima apa yang diungkapkan oleh si cerpenis/penyair tersebut.

Anyway, buku ini lumayan gue recommend buat dibaca :)

3 komentar:

  1. Review Antologi ASAS nya dong kaka...wkwkwk

    BalasHapus
  2. Playtech casino bonus codes - DrMCD
    Playtech casino bonus codes. Read our review of the best casino bonus codes for 2021. Find the best no deposit bonus codes, welcome 사천 출장안마 bonus What is a 의정부 출장안마 welcome bonus?Are no deposit 익산 출장마사지 bonuses valid for 강원도 출장안마 slots? 대전광역 출장샵

    BalasHapus